Mengenal Bursa Efek dan Wall Street
Bagi setiap investor yang berkecimpung dalam dunia jual beli saham tentu tak akan asing dengan Bursa Efek Indonesia atau BEI. Namun selain Bursa Efek Indonesia, di luar negeri seperti Amerika terdapat ajang yang sama yaitu Wall Street Amerika.
Untuk menggali wawasan lebih dalam lagi mengenai seluk beluk jual beli saham, tidak ada salahnya mengenali terlebih dulu apa itu Wall Street. Dengan begitu Anda pun bisa mengenal dan mengetahui lebih jauh lagi tujuan dari Bursa Efek dan Wall Stret tersebut.
Mengenal Apa Itu Wall Street Amerika
Wall Street dikenal sebagai pusat industri keuangan Amerika. Tempatnya para pedagang untuk mendapatkan keuntungan berlimpah atau bahkan tempat untuk kehilangan segalanya. Karenanya Wall Street kerapkali dipakai untuk istilah yang merujuk pada bagian keuangan New York.
Singkatnya Wall Street semakin erat dengan bisnis dan juga keuangan semenjak 24 pedagang turut menandatangani kesepakatan tentang perdagangan saham. Kemudian dimulainya pada New York Stock and Exchange Board. Perjanjian tersebut ditandatangani di bawah pohon yang terletak di Wall Street untuk kemudian dikenal dengan nama “Perjanjian Buttonwood”.
Lalu The New York Stock and Exchange Board tadi dikenal dengan New York Stock Exchange atau NYSE yang letaknya berada di Broad Street tak jauh dari Wall Street. Sedangkan di Wall Street sendiri adalah National Association of Securities Dealers Automated Quotations atau NASDAQ.
Perbedaan Bursa Amerika Serikat (NYSE) dengan Bursa Efek Indonesia (IDX)
Yang kita sudah ketahui bahwa terdapat dua bursa besar yang menetap di Amerika Serikat yaitu NYSE dan NASDAQ. NYSE sendriri lebih dominan karena memiliki nilai pertukaran bursa nomor satu di dunia.
Maka paling tepat bila NYSE ini selalu jadi patokan pasar dari bursa saham yang ada diseluruh dunia. Oleh karena itu mari kita bahas jalan antara Bursa Amerika Serikat (NYSE) dengan Bursa Efek Indonesia (IDX) dibawah ini:
Bursa Saham New York Stock Exchange (NYSE)
NYSE yang menjadi pasar lelang (auction market) adalah pasar saham dengan sistem floor trader untuk sebagian besar perdagangan yang terjadi. Bila diamati saham pada NYSE mempunyai spesialis atau direksi jabatan yang mengatur dan memfasilitasi semua jenis perdagangan untuk saham yang terdaftar khusus.
Apabila investor ingin membeli saham yang diperdagangkan pada pasar saham NYSE, maka setiap broker dapat menghubungi direksi floor broker atau memasukkan semua pembelian tersebut pada sistem DOT.
Direksi Spesialis ini merupakan bagian unik yang ada pada pasar saham NYSE. Hal tersebut yang membuat berbeda dengan pasar saham di Indoneisa IDX. Tugas dari spesialis ini ternyata dimiliki juga oleh NASDAQ yang disebut market maker.
Sehingga di Amerika memiliki direksi Spesialis pada NYSE dan market maker di bursa NASDAQ. Tujuannya sama yaitu untuk meningkatkan likuiditas dan dengan otomatisasi untuk menyediakan perdagangan yang lebih efisien dan efektif.
Dapat dijabarkan tugas Market Maker dan Spesialis diantaranya:
- Auctioneer,
- Agent,
- Catalyst,
- Principal.
Pasar Saham Indonesia Stock Exchange (IDX)
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI/IDX) tidak ada manajerial seperti market maker atau spesialis. Oleh karenanya pasar saham yang ada pada BEI hanya diisi oleh investor normal dengan transaksi order jual dan beli seperti biasanya.
Sistem tersebut disebut juga order driven market. Proses jual beli dari investor akan di atur oleh Jakarta Automated Trading System (JATS). JATS sendiri tidak bergerak tunggal karena akan didukung oleh Penanggung Jawab Pesanan dan Perdagangan yang disingkat PJPP.
Secara umum tentu saja instrumen yang dipakai adalah instrumen saham yang biasanya dilakukan oleh pasar modal dunia pada umumnya. Tentu saja setiap pasar modal lebih mengedepankan saham yang berkontribusi di masing- masing negaranya.
Perkembangan Saham BEI Yang Berbeda Dengan Wall Street Selama Pandemi
Tidakhanya sistem dan marketnya saja yang berbeda, terkadang kebijakan dan IHSG atau harga Indeks saham antara bursa saham Amerika dan Indonesia sangat bertolak belakang. Meskipun keadaan ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan Internal.
Sebagai contoh pada tahun 2020 pergerakan IHSG mengalami perbedaan yang signifikan dengan Dow Jones Index Amerika. Selain masalah COVID-19 tentu saja disebabkan oleh kurangnya sinergi fundamental perekonomian nasional.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sampai saat ini memprediksi pergerakan perekonomian nasonial kemungkinan akan terus terkontraksi (tumbuh negatif).
Kemudian Bank Indonesia (BI) mengumumkan pada pertengahan 2020 akan penjualan ritel pada April yang terkontraksi 16,9%. Hal ini sangat kontras bila dibandingkan periode sebelumnya dengan pergerakan ISHG yang sama. Desember 2008 adalah salah satu saksi bisu yang ternyata memiliki problem serupa seperti saat ini. Namun dapat dikatakan bahwa periode perekembangan fudamental ekonomi saat ini lebih buruk bila dibandingkan tahun 2008 dan 2009.
Kebijakan Perekonomian Dunia Membantu NYSE
Tentu berbeda dengan Amerika yang mempunyai sumber daya lebih tinggi dari BEI. Ternyata Wall Street mampu menanjak karena lembaga finansial di Amerika Serikat terus merevisi kebijakannya. Hal ini membuat AS dapat dukungan dana likuiditas dari The Fed. Tentu saja untuk menutupi kekurangan suntikan tersebut memiliki jumlah yang fantastis.
Seiring dengan kebijakan Quantitative Easing (QE) Amerika serikat terus mendorong investasi dan pemberian pinjaman. The Fed sendiri sudah menyuntikkan likuiditas 40 kali lebih besar dari stimulus likudasi Bank Indonesia. Tercatat sebesar US$ 1,4 triliun yang disuntikan The Fed.
Pergerakan bantuan sokongan Bank Indonesia hanya berani membeli obligasi dari pemerintah saja karena hal ini sangat terpengaruh atas kebijakan dan kondisi ekonomi saat ini. Berbeda dengan The Fed, yang terus memborong obligasi perusahaan. Terlebih bila rating investasi memiliki rating dominan.
Suntikan likuiditas tentu sangat erat dengan kebijakan pemerintah setempat. Positifnya suntikan likuiditas akan menaikan pasar modal negara. Sampai saat ini dana asing yang terjun ke pasar saham Indonesia belumlah stabil.
Efek kebijakan yang terus berjuang melawan ketidak stabilan ekonomi membuat investor asing tidak berani bertaruh lebih. Karena pemulihan ekonomi Indonesia masih berlanjut dan diharapkan akan mampu berlangsung dengan cepat.
Bangkitnya China di 2021
Yang lebih hebatnya bahwa China saat menjadi negara tujuan dari investasi dunia yang favorite. Investasi saat pandemi yang masuk sepanjang tahun lalu ternyata mampu melampaui investasi yang mengalir ke Amerika Serikat. Menurut fakta terbaru China mampu membuat Amerika Serikat tersingkir dari posisi nomor satu.
Berdasarkan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pemulihan Pembangunan Dunia (UNCTAD), bahwa aliran modal yang tengah masuk ke China sepanjang 2020 mampu melonjak dan mencapai USD 163 miliar.
Aliran modal yang tercatat masuk ke China mampu tercatat lebih tinggi dari pada investasi atas Amerika Serikat senilai yang hanya mencapai USD 134 miliar pada periode yang sama. Selisih ini tentu saja menjadi permainan dunia investasi makin beragam.